Dalam SIG IV KOPRI Songo Wolu FKIP Unusida

Gedangan, isnusidoarjo.org
“Islam sesuai artinya berserah, tunduk dan damai, mengajak umatnya menciptakan rasa damai dan mendamaikan”. Demikian kata Sholehuddin, Ketua Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Sidoarjo dalam paparannya di depan 20 peserta Sekolah Islam dan Gender (SIG) IV KOPRI Rayon Songo Wolu Unusida di MTs Hasanuddin Tebel Gedangan Sidoarjo, Sabtu (4/5).
Menurut Instruktur Nasional Moderasi Beragama itu, agama sering dianggap sebagai pemicu konflik. Padahal, harusnya agama dijadikan sebagai landasan mengatasi konflik. Maka, jika ada kekerasan atas nama agama, itu berarti ada yang salah dari umat beragama dalam memahami agamanya. Dia menambahkan, menciptakan rasa damai berarti meneguhkan bangunan agama. Sebaliknya, menciptakan kerusakan, sama halnya meruntuhkan bangunan agama.

“Diawali sikap eksklusifisme dan superiority, mengarah pada intoleransi dan kekerasan atas nama tuhan atau terorisme. Ini yang berbahaya”, ujarnya. Hal ini menurutnya tidak lepas dari pergulatan praktik beragama antara formalis dan substantif, tekstualis dan kontekstualis.
Untuk memahani agama menurut Sekretaris BPP Unusida itu, harus dipandang dari segala penjuru. Tidak saja nash dan teologi, tapi juga antropologi dan budaya bahkan sejarah. Selain itu, ayat al Quran juga harus dipahami baik makna asal (nash) maupun signifikansi (makhza). Dari sini akan muncul responsifitas al Quran terhadap isu-isu kekinian dan global, termasuk isu gender sebagai tema besar SIG.

Karena itu dia mengajak para aktifis untuk menggelorakan Islam Wasathiyah melalui media sosial. Bahwa keberagaman adalah Sunnatullah, harus dirawat dengan baik agar tercipta Indonesia yang damai. Selain Sholehuddin, ada narasumber lain seperti Dr. Farida Ulvi Naimah, Fikri Azzuhri, Mila Ahmadia, Nurseha Fatmasari dan Siti Nur Aini.