Momen peringatan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2025 yang beriringan dengan Hari Santri Nasional (HSN) 22 Oktober 2025 menarik perhatian Ketua Pimpinan Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Sidoarjo Dr. H. Sholehuddin,;M.Pd.I. Menurutnya keduanya memiliki semangat yang sama, Cinta Tanah Air dan Bangsa. Berikut wawancara eksklusif Tim Media ISNU Sidoarjo M.Cholid Fahmi bersama Dr. H. Sholehuddin.
Apa Peran Santri dan Pemuda di tengah perubahan?
“Di tengah perubahan jaman yang kian cepat, muncul pertanyaan besar: siapakah yang akan melanjutkan semangat itu? Salah satu jawabannya ada pada santri dan pemuda masa kini, yang menjadi cermin masa depan Indonesia. Seiring dengan tema HSN “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia” dan Hari Sumpah Pemuda “Pemuda-Pemudi Bergerak Indonesia Bersatu”, para santri dan pemuda memiliki peran penting dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa menuju peradaban dunia di masa mendatang terutama di era disrupsi.
Modal apa yang dimiliki para santri, pemuda dan tantangan ke depan?
Berdasarkan data Kemenko Perekonomian, data demografi Indonesia range usia antara 16-30 berjumlah 61,8 juta orang atau 24,5 % dari 287 juta penduduka Indonesia. Ini menjadi modal dan tantangan Indonesia ke depan. Bisa mengantarkan Indonesia Emas atau sebaliknya, tergantung santri dan pemuda hari ini.
Santri Anfa’: Penjaga Nilai dan Moral Bangsa, apa maksudnya?
Santri bukan sekadar mereka yang menuntut ilmu di pesantren, tetapi juga sosok yang menanamkan nilai keikhlasan, kesederhanaan, dan cinta tanah air dalam setiap langkahnya. Sejak masa perjuangan kemerdekaan, santri telah memainkan peran penting—mulai dari KH. Hasyim Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan, hingga KH. Wahid Hasyim. Mereka bukan hanya ulama, tetapi juga pejuang kemerdekaan, pendidik, dan pemikir bangsa”.
Di era digital saat ini, santri dituntut untuk tidak hanya mahir membaca kitab kuning, tetapi juga mampu membaca realitas sosial dan teknologi. Santri yang cerdas digital, berwawasan luas, dan berakhlak mulia akan menjadi benteng moral di tengah derasnya arus globalisasi dan disinformasi. Santri harus menjadi penyeimbang informasi yang mengarah pada perpecahan.
Bagaimana dengan framing santri akhir-akhir ini?
Kita mafhun hari-hari ini keberadaan santri diusik dengan framing pelaku feodalisme. Menghadapi framing ini tidak sekadar reaksi tanpa kendali, namun harus beraksi dengan antitesa reframing dengan kebermanfaatan para santri di masyarakat. Para tokoh bangsa tidak sedikit berlatar santri. Hal ini tidak lepas dari modal “khairunnas anfauhum linnas” yang dimiliki para santri.
Pemuda Berdampak: Energi Perubahan dan Inovasi, kongkritnya bagaimana?
Pemuda adalah simbol semangat, keberanian, dan perubahan. Mereka adalah penggerak yang mampu menembus batas dan memunculkan ide-ide segar untuk kemajuan bangsa. Indonesia sedang berada dalam masa bonus demografi, di mana jumlah pemuda sangat dominan. Ini bisa menjadi kekuatan besar jika dikelola dengan baik—atau sebaliknya, menjadi beban jika diabaikan.
Pemuda hari ini harus berani berinovasi di berbagai bidang—pendidikan, ekonomi, teknologi, hingga sosial kemasyarakatan. Selain itu, jiwa kepemimpinan dan nasionalisme perlu ditanamkan agar mereka tidak hanya menjadi generasi yang sukses secara pribadi, tetapi juga membawa manfaat bagi masyarakat luas. Ini yang disebut Pemuda Berdampak.
Bagaimana Sinergi Santri dan Pemuda sebagai Pilar Masa Depan Indonesia?
