Oleh : Noven Lukito H.S. (Sekretaris PAC ISNU Prambon)
Idul Fitri adalah momen yang sangat istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia. Setelah sebulan berpuasa, hari raya ini menjadi waktu untuk merayakan kemenangan, mempererat tali persaudaraan, dan berbagi kebahagiaan.
Dalam suasana penuh suka cita ini, umat Islam berkumpul untuk melaksanakan shalat Id, mengenakan pakaian terbaik, dan saling mengucapkan selamat. Aroma ketupat dan kue-kue khas Idul Fitri memenuhi rumah-rumah, menciptakan atmosfer yang hangat dan penuh kasih.
Di tengah kebahagiaan perayaan Idul Fitri, kita juga hidup di era modern yang ditandai dengan kemajuan teknologi yang pesat, termasuk kecerdasan buatan atau Artificial Inteligent (AI). Teknologi ini telah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari, mempengaruhi berbagai aspek, termasuk pengelolaan sumber daya manusia.
Dalam sebuah acara di Universitas Pelita Harapan Tanggerang, Wakil Presiden Indonesia, Gibran Rakabuming Raka mengatakan, AI bukan ancaman dan mampu mempercepat produktifitas manusia (Kompas.com). Benarkah demikian?
AI memang berperan penting dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas di berbagai organisasi maupun instansi. Misalnya, dalam proses rekrutmen, AI dapat membantu menyaring kandidat dengan lebih cepat dan akurat, menganalisis CV, serta mencocokkan keterampilan dengan kebutuhan pekerjaan.
Pelatihan dan pengembangan karyawan juga semakin dipermudah dengan adanya AI. Dengan menggunakan algoritma pembelajaran mesin, program pelatihan dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu, sehingga meningkatkan keterampilan karyawan secara lebih efektif. Selain itu, AI mampu menganalisis data kinerja karyawan untuk memberikan umpan balik yang konstruktif, membantu manajer dalam mengambil keputusan yang lebih baik.
Namun, di balik segala kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi, penting bagi kita untuk tetap menjunjung tinggi nilai-nilai Islami. Kejujuran dalam menggunakan data dan algoritma secara transparan serta keadilan dalam memberikan kesempatan yang sama kepada semua individu harus menjadi prinsip yang dipegang.
Tanggung jawab dalam mempertimbangkan dampak sosial dari penggunaan AI juga sangat penting, agar teknologi ini dapat digunakan untuk kebaikan bersama.
Sepertihalnya kasus terbaru tentang Ghiblifikasi atau mengubah foto menjadi Ghibli Artstyle turut menjadi sorotan. Pasalnya penggunaan AI dalam Artstyle ini turut ditentang oleh salah satu pendiri Studio Ghibli tersebut. Maka, dalam kasus ini ada kasus hak cipta dan penghormatan pada kreator yang dilangkahi.
Dalam Manajemen Sumberdaya Ekonomi Islam, manusia bukan hanya dianggap sebagai Homo Economicus, sebagai mahluk yang hanya akan berpikir memenuhi kebutuhan duniawinya. Manusia juga sebagai Homo Islamicus, sebagai hamba Allah yang tidak lepas dari sistem dan tatanan moral agar memberikan Rahmat bagi seluruh alam.
Rasulullah sebagai Insan Kamil, hamba Allah atau manusia yang mencapai taraf kesempurnaan sehingga dapat dijadikan teladan terbaik (Uswatun Hasanah) dalam menjalani kehidupan. Maka dalam istilah Ekonomi Islam, Manajemen Sumber Daya Manusia sering juga disebut sebagai Manajemen Sumber Daya Insani (MSDI).
Manusia dituntut untuk cerdas (Fathonah), dapat dipercaya (Amanah), jujur (Shiddiq) dan komunikatif atau transparan (Tabligh).
Dalam MSDI, karyawan bukanlah alat yang dihargai sebatas produktifitasnya dalam menyelesaikan pekerjaan. Karyawan adalah aset perusahaan yang harus diperhatikan kesejahteraannya, pengembangan diri dan keseimbangan hidupnya.
Ini berbeda dengan AI yang sedari awal merupakan alat. AI juga memiliki keterbatasan dan tetap memerlukan manusia sebagai operator. Maka yang menjadi PR selanjutnya adalah bagaimana manusia dapat mengoptimalkan AI.
Dengan demikian, Idul Fitri bukan hanya sekadar merayakan kemenangan spiritual, tetapi juga menjadi momen untuk memperkuat hubungan sosial dan kemanusiaan. Di tengah kemajuan teknologi, kita diingatkan untuk tetap berpegang pada nilai-nilai luhur yang diajarkan dalam agama, agar setiap langkah dan keputusan yang diambil dapat membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Dalam perayaan ini, marilah kita bersyukur atas nikmat yang diberikan, berbagi kebahagiaan dengan sesama, dan berkomitmen untuk menjadi pribadi yang lebih baik, baik dalam aspek spiritual maupun dalam menghadapi tantangan zaman.